Jakarta | Informasi TV – Fashion Filosofi sebuah Brand Fashion di Indonesia sejak tahun 2015 dan pengiat budaya Nusantara pada hari Senin, 23 September 2024 mengelar acara seminar bertema I LA GALIGO Menolak lupa dan Fashion Show Nusantara yang diadakan di Audiotorium Perpustakaan nasional Lt. II J. Medan Merdeka Sel. No Il, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Dalam acara seminar tersebut menghadirkan narasumber seperti Erick Sukrisna (Pengiat Budaya) ,Sri Eko Sriyanto Galgendu (Pemimpin Spritual Nusantara), Dr. Syarif Andi Sahriansyah Alwi (Tokoh adat kerajaan Bone) dengan moderator Arif Hidayat.

Sedangkan untuk Fashion Show menampilkan busana-busana dari Fashion Filosofi by Erick Sukrisna dan penampilan dari Komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (KPPBI) yang diketuai oleh Diajeng Dewi yang menampilkan busana dari setiap pulau yang ada di Indonesia.

Acara pertama kali dibuka tari Paduppa yang merupakan tarian khas Bugis sebagai tarian simbol selamat datang

Erick Sukrisna selaku ketua panitia acara sekaligus tokoh pengiat budaya mengatakan ;”Kita dari Fashion Filosofi bukan hanya sekedar berkarya menampilkan wastra Nusantara tetapi kita menujujung tinggi nilai budaya yang ADILUHUNG dan kita juga saat ini aktif dalam pengiat budaya karena kita ada keterkaitan dengan manuscript kuno untuk memperkuat dari akar budaya kita” , ujar Erick yang ditemui oleh awak media kawasan pasar minggu, Jakarta Selatan, Senin(23/09/2024)

 

“Jika kita berbicara I LA GALIGO sudah pasti ceritanya tidak akan terlepas dari suku Bugis, karena memang asal dari I LA GALIGO dari suku Bugis di Sulawesi Selatan Indonesia”, ujar Erick menambahkan.

Untuk membuat seminar ini sebelum saya sudah membaca terlebih dahulu dan saya membutuhkan waktu kurang lebih 7 bulan membaca manuscript kuno ‘I La Galigo’ yang ditulis dengan bahasa Bugis kuno, ungkap Erick

I LA GALIGO merupakan sebuah kumpulan catatan dalan bentuk penggalan puisi yang bersuku kata lima. I LA GALIGO biasa dibacakan seperti syair lagu yang disebut Ma” Sure’q.

I LA GALIGO merupakan kumpulan penggalan puisi dalam bentuk manuakrip kuno mempunyai 3 penyebutan ;

1.Galigo/ma” Galigo ( menunjukkan kitab)

2.LA GALIGO ( menunjukkan bukunya)

3.I LA GALIGO (menunjukkan tokoh dan secara keseluruhan)

Perlu kita ketahui I LA GALIGO sendiri sudah ditetapkan sebagai memori kolektif dunia (memory of the world) karena terdapat di setiap penjuru dunia. Dan tercatat sampai saat ini ada 31 negara di setiap penjuru benua yang mengoleksi penggalan naskah I LA GALIGO di perpustakaan nasionalnya diantaranya, Australia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Asia di luar Indonesia salah satunya di Malaysia dan di Eropa paling lengkap Inggris, Jerman, Belanda, jelas Erick

Di Belanda terdapat 12 Jilid yang sudah tersusun rapi berjumlah 3000 lembar bertuliskan aksara bugis yang menggunakan bahasa bugis kuno dan setara dengan 6000 lembar folio sehingga ditetapkan oleh UNESCO pada 2011 sebagai naskah kuno terpanjang di dunia yang lebih panjang dari humerus dan mahabarata.

Erick berharap agar setiap orang Indonesia yang ingin mengali budaya bisa mengcarinya dalam manusrict kuno agar akar budaya kita lebih kuat jadi kita kembali kerumpun budaya kita yang sesunggunya.

Terakhri Erick juga mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan partisipasinya kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, penghubung daerah provinsi sulawesi selatan, Madame Rancak, PT. Citra kreasi makmur, PERWANTI, KPPBI, PT. Meganik Snowbrand Indonesia, PT Info Media Suara Kebenaran Nusantara (Cheka management) , Pronas, Tuppeware dan Dapur Cheka Gemoy.

Disisi Lain, Sri Eko Sriyanto Galgendu selaku Pemimpin Spritual Nusantara sekaligus Dewan Pembina Fashion Filosofi menyampaikan harapanya agar Kitab I LA GALIGO bisa menjadi sebuah kebanggaan

“Kami berharap agar Literasi dari karya besar dari kitab I LA GALIGO dapat menjadi kebanggaan dan kehormatan khususnya bagi suku Bugis dan bangsa Indonesia”, ujar Eko

Rasa memiliki dan menghargai inilah yang terus mendorong memperkuat dan mempertanggungjawab karena kitab I LA GALIGO sudah diakui oleh UNSECO sebagai kitab terpanjang dan tulisan yang terbanyak di dunia karena ada 6000 lembar, ungkap Eko

Samsul Sakaria selaku ketua KKSS (kerukunan keluarga sulawesi selatan) DKI Jakarta mengatakan : “I LA GALIGO merupakan faktor falsafah dari Budaya Sulawesi Selatan yang tidak hanya menjadi sebuah karakter dan pandangan hidup baik kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan I LA GALIGO menjadi rujukan untuk melahirkan demokrasi di beberapa negara di dunia ini”, ujar Samsul.

Turut hadir meramaikan acara ini Bapak Ketua KKSS (kerukunan keluarga sulawesi selatan) DKI Jakarta Bapak Samsul sakaria, Bapak kepala penghubung daerah provinsi Sulawesi Selatan Bapak Rais Rahman, Perwakilan Kesbangpol DKI Jakarta, komunitas Lansia, Wanita Sarina berkebaya, Persaudaraan Wanita Thionghoa Indonesia(PERWANTI), Komunitas Travelling, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Untuk kelanjutan acara Seminar ini, akan di adakan Fashion Show I LA GALIGO menolak lupa dan pawai perahu pinisi di Bundaran Hotel Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2024. (Red)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *