Jakarta | Informasi TV – Sutradara film Pernikahan Arwah (The Butterfly House), Paul Agusta, bekerja sama dengan konsultan khusus dalam menggarap film yang mengangkat tema budaya Tionghoa. Paul bahkan mengajak penjaga kelenteng untuk mengawasi proses syuting.
Paul menjelaskan bahwa selama proses syuting film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) di Lasem, Jawa Tengah, ia dan tim membawa serta konsultan dan juga penjaga kelenteng. Hal ini dilakukan Paul demi menjaga warna Tionghoa dan berbagai tradisi yang akan ditampilkan dalam film.
“Selain dari konsultan yang dibawa dari film ini juga, kami juga konsul dengan penjaga kelenteng di Lasem. Dan mereka on set juga apalagi adegan-adegan yang seremoni-seremoni tertentu mereka on set ngejagain,” kata Paul Agusta saat Press Screening di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
“Supaya nggak ada kesalahan. Jadi kita berusaha sebisa mungkin sesetia dengan budaya yang kita angkat,” sambungnya.
Selain bekerja sama dengan konsultan dan penjaga kelenteng, Paul juga melakukan research mendalam dengan membaca banyak buku dan berbagai materi yang berkaitan dengan budaya Tionghoa.
“Banyak buku-buku yang saya baca tentang elemen-elemen visual furniture, arsitektur, fashion dan peranakan China, spesifik Tionghoa di Indonesia,” akunya.
Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) berkisah tentang sepasang kekasih, Salim (Morgan Oey) dan Tasya (Zulfa Maharani), yang mengalami teror dari arwah leluhur keluarga. Teror itu mulai terjadi ketika mereka memutuskan untuk memindahkan proses foto pre wedding ke rumah keluarga Salim setelah bibi Salim, satu-satunya keluarga sedarah Salim, baru saja meninggal dunia.
Selain harus mengurus pemakaman bibinya, Salim ternyata harus melanjutkan ritual keluarganya untuk membakar dupa setiap hari di sebuah altar yang misterius atau nyawanya akan terancam. Kehadiran mereka dan tim foto pre wedding di rumah itu membuat arwah leluhur Salim yang meninggal di masa pendudukan Jepang muncul dan meneror mereka.
Tasya tergerak untuk menguak misteri masa lalu dari keluarga Salim untuk bisa menenangkan arwah tersebut, sekaligus membebaskan calon suaminya dari kewajibannya agar mereka bisa pergi dari rumah itu.
Terkait jalan cerita horor yang ditawarkan oleh Entelekey Media Indonesia dan Relate Films, Paul mengaku tidak ingin menghadirkan kesan horor yang monoton. Dia pun menyiapkan teror dan horor yang akan mengejutkan di film Pernikahan Arwah (The Butterfly House).
“Dari sepanjang film kita ingin menghasilkan elemen teror itu harus ada. Terutama penghujung film tuh puncak terornya harus ada. Tapi yang kita bilang dari awal jangan sampai kita menginjak kaki di wilayah yang sudah kita angkat,” tegasnya.
Dibintangi oleh Morgan Oey, Zulfa Maharani, Jourdy Pranata, Brigitta Cynthia, dan Verdi Solaiman, Pernikahan Arwah (The Butterfly House) akan tayang di bioskop Indonesia mulai 27 Februari 2025. Tak hanya itu, film ini juga akan diputar di tujuh negara Asia lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Myanmar, Laos, dan Brunei Darussalam.